Milan - Leonardo banyak disanjung setelah memberi AC Milan performa bagus di tahun pertamanya. Tapi kalah dua kali atas Inter Milan adalah sebuah cela, meski dia tak juga harus menyerah karena masih sangat belia.
Leonardo adalah sebuah anomali di Milan. Menduduki kursi pelatih di awal musim ini, dia harus menanggung beban nama besar Carlo Ancelotti, yang sudah memberi klub tersebut dua gelar Liga Champions.
Ancaman pemecatan sempat membayangi pria yang baru kali ini menjabat pelatih tersebut. Dia sama sekali tak berdaya saat Milan dipermalukan tim-tim Eropa lain di ujicoba pra musim lalu.
Di awal musim, Diavolo Rosso juga masih angin-anginan. Puncak dari buruknya performa Milan, yang kemudian mencuatkan isu bakal dipecatnya Leonardo, adalah di pekan kedua Seri A, saat dihajar Inter dengan 4-0.
Tapi entah bagaimana, orang Brasil itu bisa membawa Rossoneri ke posisi yang seharusnya: bersaing di papan atas klasemen. Kemenangan demi kemenangan diraih Alessandro Nesta dkk, hingga sebelum pekan ke-21 ini Milan cuma berjarak tiga angka atas Inter.
Performa apik Milan tak cuma di kompetisi lokal. Leonardo tahu benar kalau Milan punya nama mentereng di pentas Eropa, tradisi mana berhasil dia lanjutkan dengan membawa klub tersebut lolos ke babak 16 besar setelah salah satunya meraih kemenangan 3-2 atas Real Madrid di Santiago Bernabeu.
Tapi lagi-lagi Jose Mourinho dan anak didiknya menjadi mimpi buruk buat Leonardo bersama AC Milan-nya. Setelah terlihat begitu perkasa menundukkan Genoa, Juventus dan Siena dengan skor-skor besar, dinihari tadi Diego Milito dan Goran Pandev masing-masing sekali menjebol gawang Dida, yang membuat laga berkesudahan 2-0 untuk tuan rumah.
Milanisti jelas puas dengan apa yang sudah diberikan pria Brasil berusia 40 tahun itu buat klub kesayangannya. Tapi kalah atas Inter menjadi semacam cela yang sulit diterima.
Apalagi secara agregat musim ini Milan kalah telak 0-6. Kondisi yang sudah lama tak dialami klub 'Merah-Hitam' tersebut atas seteru abadinya tersebut.
Tapi sebagaimana Leonardo bisa membawa Milan keluar dari "masa kegelapan" di awal musim lalu, Diavolo Rosso masih layak menggantungkan nasibnya dan berharap banyak pada pria yang di antaranya sempat memperkuat Paris St. Germain, Sao Paolo dan Flamengo itu.
Toh Leonardo juga sudah berhasil mengkreasikan skema permainannya sendiri yang terbukti cukup sukses. Dan yang sesuatu yang lebih penting lagi di Milan, dia sudah menciptakan hubungan spesial dengan pemain-pemainnya. Sebuah kultur yang membedakan Milan berbeda dengan klub-klub lainnya.
Leonardo masih sangat belia untuk ukuran pelatih sebuah tim sebesar Milan, mengingat dia juga belum punya pengalaman melatih. Kekalahan atas seteru abadi klubnya akan menjadi pijakan baru buatnya meraih sesuatu yang lebih baik lagi karena dia punya banyak waktu untuk belajar.
Bisa, Leo?
CLOCK
MY PROFIL
MY RECENT POST
LAST AND NEXT MATCH
TOP SKOR SERIE A 09/10
TEAM SERIE A 09/10
KOMENTAR ANDA
PENGIKUT
MY FACEBOOK
DAFTAR TAMU
25 Januari 2010
Masih Banyak Waktu untuk Belajar, Leo
Diposting oleh Uphank Milanisti di 3:52:00 PM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
SEARCH
HIT COUNTER
SKUAD AC MILAN 11/12
LABELS
Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
2 komentar:
semangat leo
harus tetep semangat...
Posting Komentar